Kamis, 20 Desember 2018

Aksi Hacker Makin Menggila, Korbannya NASA dan Diplomat Uni Eropa

image_title
  • Ilustrasi hacker.
ID PRO: Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan jaringan komunikasi atau kawat diplomatik Uni Eropa menjadi korban aksi hacker atau peretas.

Menurut Asisten Kepala NASA, Bob Gibbs, kejahatan siber ini sudah terjadi sejak 23 Oktober kemarin, dan peretas berhasil membobol server berisi data pribadi seperti nomor jaminan sosial beberapa pegawai NASA yang bekerja antara Juli 2006 dan Oktober 2018.

"Personel cybersecurity NASA langsung ambil tindakan cepat untuk mengamankan server dan data yang ada di dalam. Kami terus memeriksa server dan mengidentifikasi individu yang berpotensi terkena dampak. Proses ini akan memakan waktu," kata Gibbs, seperti dikutip dari Newsweek, Kamis 20 Desember 2018.

Ia juga menyebut telah bekerja sama dengan penyelidik federal untuk mencari tahu sejauh mana peretasan dan siapa pihak yang bertanggung jawab. Kendati demikian, Gibbs membantah peretasan mempengaruhi misi luar angkasa NASA.

Sementara itu, melansir VOA, bahwa The New York Times melaporkan pada Selasa malam, 18 Desember lalu, sejumlah peretas berhasil mengakses jaringan komunikasi atau kawat diplomatik Uni Eropa selama tiga tahun.

Dengan begitu, memungkinkan mereka mengunduh ribuan kawat diplomatik rahasia. Aksi peretasan ini ditemukan oleh perusahaan keamanan, Cyber Area 1, yang menyediakan lebih dari 1.100 kawat berita ke surat kabar terbesar di AS itu.

Materi yang diretas tersebut menjadi kekhawatiran Uni Eropa tentang 'kebijakan pemerintahan Donald Trump yang sulit diprediksi', termasuk reaksi para diplomat Benua Biru ini mengenai sikap negatif Trump kepada Uni Eropa.

Dokumen-dokumen itu juga menyorot kesulitan yang dihadapi blok itu dalam berunding dengan Rusia dan China, dan dalam menyikapi risiko bahwa Iran yang dapat menghidupkan kembali program nuklirnya.


BACA JUGA: Bila Teknologi 5G Resmi Beroperasi, Begini Nasib 2G dan 3G


Kawat-kawat diplomatik yang diretas juga termasuk nota pembicaraan Uni Eropa dengan para pemimpin Arab Saudi, Israel dan negara-negara lain. Informasi-informasi yang diakses peretas tergolong rahasia, namun pada tingkat rendah karena diberi label terbatas.

KLIK DISINI UNTUK LAIN NYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar